Pagi itu, hari sangat cerah, berbanding terbalik dengan suasana hatiku yang mendung, sangat mendung. Dilema, antara bertahan atau udahan. Di satu sisi Aku mencintai anakku yang baru berumur 5 bulan, di sisi lain aku lelah hati, lelah fisik dan lelah fikiran untuk bertahan. Setelah berfikir panjang aku putuskan untuk bicara pada mas Jaya, suamiku.
"Aku mau kita cerai mas, Aku udah tak tahan lagi hidup denganmu" sambil meneteskan air mata.
"Kamu harus sabar sayang, ini hanya ujian dalam rumah tangga kita, kita pasti bisa melewatinya". Jawab Jaya menenangkan Ratu.
"Kita? Bukankah selama ini hanya aku yang terus bersabar dan mencoba mengerti sikapmu? aku selalu mengalah demi mempertahankan keluarga kecil kita tapi aku sudah lelah mas".
" perceraian itu hal yang paling di benci Allah, kamu tau itu kan?" bentak jaya.
"Keputusan aku sudah bulat, jika kamu tidak mau menceraikan aku, biar aku saja yang gugat cerai kamu mas".
Jaya mengira kalau Aku yang lebih muda 17 tahun darinya hanya main-main karena selama ini apapun masalah yang menghampiri Aku selalu tenang dan tabah, tak bergeming.
" Silahkan!" timpal Jaya kesal.
Keesokan harinya, setelah shalat subuh Aku minggat dari rumah tanpa membawa Ahza, anakku. Jika membawa Ahza, Aku takut tak bisa memberikan kehidupan yang layak untuk Ahza, karena pekerjaanku hanyalah ibu rumah tangga dan mahasiswa semester V di salah satu Perguruan Tinggi Negeri.
Sedangkan Jaya baru menyadari bahwa istrinya tidak ada di rumah setelah bangun hendak shalat subuh.
"Ma, Ratu dimana?" tanya Jaya pada ibunya yang tinggal serumah.
"Paling di rumah sebelah, main dengan adik iparmu" jawab neneknya Ahza dengan santai.
Lalu Jaya ke rumah adiknya yang berada tepat di samping rumahnya.
"Andar, ada kakak iparmu di dalam? Tanya jaya pada Andar, adiknya.
"Coba tanya Ita di dalam, aku mau berangkat ngajar" jawab guru SMK itu pada kakaknya.
Nandar memang selalu berangkat pagi buta untuk mengajar karena jarak sekolah dengan rumahnya cukup jauh.
Karena tidak menemukan Ratu, Jaya balik ke rumah untuk siap-siap berangkat ke kampus.
Jaya PNS di PTN tempat Ratu Kuliah.
"Ma, aku titip Ahza, berangkat kerja dulu, mau sekalian cari Ratu di kampus" pamit Jaya pada Bu Sri, neneknya Ahza.
"Hati-hati d jalan nak".
***
Jaya memesan pada semua Satpam di kampus untuk memberi tahunya jika melihat Ratu masuk atau keluar gerbang kampus.
Sedangkan Ratu yang sudah tau jika dirinya di cari Jaya, Ia kuliah memakai cadar sehingga tak ada yang mengenalinya.
Setelah perkuliahan selesai Ratu menemui Pengacara yang di kenalkan oleh keponakannya.
" Perkenalkan, saya ratu. Maksud dan tujuan saya kesini untuk meminta tolong kepada bapak untuk menggugat cerai suami saya"
" Saya Ari, sudah memenangkan banyak kasus di persidangan, bisa ceritakan kronologis Rumah tangganya sejak awal hingga saat ini?
" Pada awalnya, saya di jodohkan dengan mas Jaya, yang tak lain adalah misan jauh dari paman Saya, Saya menikah pada usia tepat 19 tahun sedangkan suami berusia 36 tahun, awalnya semua baik-baik saja hingga akhirnya munculah sifat aslinya.
Sehari-hari saya selalu menderita baik secara lahir maupun batin, bagaimana tidak? Saya harus bersabar menghadapi suami yang berkepribadian ganda dan hypersex, mertua yang selalu mendikte aktifitas sehari-hari, ipar yang iri hati berkepanjangan, keponakan nakal dan tetangga-tetangga nyinyir bak netizen. Saya sudah tak punya satupun alasan untuk mempertahankan rumah tangga pak.
"Bukankah ada anak yang menjadi alasan untuk menjaga keutuhan rumah tangga? Apa tidak kasian pada anak sebelia itu terkena dampak dari perceraian orang tuanya?"
"Keputusan saya sudah bulat, sekali A tetap A dan tidak bisa di ganggu gugat, bisanya gugat cerai saja." jawab ratu dengan yakin.
"Apakah ada bukti untuk memperkuat mbak Ratu di Pengadilan Agama? Jika ada saya siap mengajukan perkara ini ke Pengadilan Agama Negeri.
"Beberapa waktu lalu, mas Jaya memukul saya sampai retak tulang kaki, saya memiliki hasil rontgen dari Rumah Sakit, bukankah itu bisa dijadikan bukti untuk gugat cerai?"cerita Ratu pada Pak Ari
"Tapi saya tidak bisa menjamin mbak Ratu akan mendapatkan hak asuh anak berhubung mbak hanya mahasiswa sedangkan tergugat adalah PNS dan sudah mapan untuk mengasuh Ahza."
"Saya juga tahu diri, biarlah saya berpisah dengan Ahza, asalkan lepas dari mas Jaya."
"Baiklah kalau begitu mbak tanda tangan kontrak disini" Pak Ari menyodorkan beberapa lembar kertas yang bertempel materai 6000 pada Ratu".
Setelah Ratu menanda tangani dia pamit.
Sepulang dari kantor advokat, Ratu singgah di masjid untuk istirahat, dia bingung hendak pulang kemana, tak mungkin kembali ke rumah suaminya, tak ingin pulang ke rumah orang tuanya, akhirnya memutuskan untuk menginap di kost teman.
Hari demi hari berlalu, Ratu banyak menghabiskan waktu dengan ari untuk memproses gugat cerainya. Hingga suatu hari Pak Ari mengatur jam meeting di rumah makan. Sambil makan siang, Pak ari menjelaskan bahwa akan membantu proses perceraian ratu tanpa di pungut biaya dengan syarat, setelah resmi bercerai Ratu mau menjadi istri keduanya.
Bersambung.. ... .. ..
Jakarta, 2019
Penulis
"Aku mau kita cerai mas, Aku udah tak tahan lagi hidup denganmu" sambil meneteskan air mata.
"Kamu harus sabar sayang, ini hanya ujian dalam rumah tangga kita, kita pasti bisa melewatinya". Jawab Jaya menenangkan Ratu.
"Kita? Bukankah selama ini hanya aku yang terus bersabar dan mencoba mengerti sikapmu? aku selalu mengalah demi mempertahankan keluarga kecil kita tapi aku sudah lelah mas".
" perceraian itu hal yang paling di benci Allah, kamu tau itu kan?" bentak jaya.
"Keputusan aku sudah bulat, jika kamu tidak mau menceraikan aku, biar aku saja yang gugat cerai kamu mas".
Jaya mengira kalau Aku yang lebih muda 17 tahun darinya hanya main-main karena selama ini apapun masalah yang menghampiri Aku selalu tenang dan tabah, tak bergeming.
" Silahkan!" timpal Jaya kesal.
Keesokan harinya, setelah shalat subuh Aku minggat dari rumah tanpa membawa Ahza, anakku. Jika membawa Ahza, Aku takut tak bisa memberikan kehidupan yang layak untuk Ahza, karena pekerjaanku hanyalah ibu rumah tangga dan mahasiswa semester V di salah satu Perguruan Tinggi Negeri.
Sedangkan Jaya baru menyadari bahwa istrinya tidak ada di rumah setelah bangun hendak shalat subuh.
"Ma, Ratu dimana?" tanya Jaya pada ibunya yang tinggal serumah.
"Paling di rumah sebelah, main dengan adik iparmu" jawab neneknya Ahza dengan santai.
Lalu Jaya ke rumah adiknya yang berada tepat di samping rumahnya.
"Andar, ada kakak iparmu di dalam? Tanya jaya pada Andar, adiknya.
"Coba tanya Ita di dalam, aku mau berangkat ngajar" jawab guru SMK itu pada kakaknya.
Nandar memang selalu berangkat pagi buta untuk mengajar karena jarak sekolah dengan rumahnya cukup jauh.
Karena tidak menemukan Ratu, Jaya balik ke rumah untuk siap-siap berangkat ke kampus.
Jaya PNS di PTN tempat Ratu Kuliah.
"Ma, aku titip Ahza, berangkat kerja dulu, mau sekalian cari Ratu di kampus" pamit Jaya pada Bu Sri, neneknya Ahza.
"Hati-hati d jalan nak".
***
Jaya memesan pada semua Satpam di kampus untuk memberi tahunya jika melihat Ratu masuk atau keluar gerbang kampus.
Sedangkan Ratu yang sudah tau jika dirinya di cari Jaya, Ia kuliah memakai cadar sehingga tak ada yang mengenalinya.
Setelah perkuliahan selesai Ratu menemui Pengacara yang di kenalkan oleh keponakannya.
" Perkenalkan, saya ratu. Maksud dan tujuan saya kesini untuk meminta tolong kepada bapak untuk menggugat cerai suami saya"
" Saya Ari, sudah memenangkan banyak kasus di persidangan, bisa ceritakan kronologis Rumah tangganya sejak awal hingga saat ini?
" Pada awalnya, saya di jodohkan dengan mas Jaya, yang tak lain adalah misan jauh dari paman Saya, Saya menikah pada usia tepat 19 tahun sedangkan suami berusia 36 tahun, awalnya semua baik-baik saja hingga akhirnya munculah sifat aslinya.
Sehari-hari saya selalu menderita baik secara lahir maupun batin, bagaimana tidak? Saya harus bersabar menghadapi suami yang berkepribadian ganda dan hypersex, mertua yang selalu mendikte aktifitas sehari-hari, ipar yang iri hati berkepanjangan, keponakan nakal dan tetangga-tetangga nyinyir bak netizen. Saya sudah tak punya satupun alasan untuk mempertahankan rumah tangga pak.
"Bukankah ada anak yang menjadi alasan untuk menjaga keutuhan rumah tangga? Apa tidak kasian pada anak sebelia itu terkena dampak dari perceraian orang tuanya?"
"Keputusan saya sudah bulat, sekali A tetap A dan tidak bisa di ganggu gugat, bisanya gugat cerai saja." jawab ratu dengan yakin.
"Apakah ada bukti untuk memperkuat mbak Ratu di Pengadilan Agama? Jika ada saya siap mengajukan perkara ini ke Pengadilan Agama Negeri.
"Beberapa waktu lalu, mas Jaya memukul saya sampai retak tulang kaki, saya memiliki hasil rontgen dari Rumah Sakit, bukankah itu bisa dijadikan bukti untuk gugat cerai?"cerita Ratu pada Pak Ari
"Tapi saya tidak bisa menjamin mbak Ratu akan mendapatkan hak asuh anak berhubung mbak hanya mahasiswa sedangkan tergugat adalah PNS dan sudah mapan untuk mengasuh Ahza."
"Saya juga tahu diri, biarlah saya berpisah dengan Ahza, asalkan lepas dari mas Jaya."
"Baiklah kalau begitu mbak tanda tangan kontrak disini" Pak Ari menyodorkan beberapa lembar kertas yang bertempel materai 6000 pada Ratu".
Setelah Ratu menanda tangani dia pamit.
Sepulang dari kantor advokat, Ratu singgah di masjid untuk istirahat, dia bingung hendak pulang kemana, tak mungkin kembali ke rumah suaminya, tak ingin pulang ke rumah orang tuanya, akhirnya memutuskan untuk menginap di kost teman.
Hari demi hari berlalu, Ratu banyak menghabiskan waktu dengan ari untuk memproses gugat cerainya. Hingga suatu hari Pak Ari mengatur jam meeting di rumah makan. Sambil makan siang, Pak ari menjelaskan bahwa akan membantu proses perceraian ratu tanpa di pungut biaya dengan syarat, setelah resmi bercerai Ratu mau menjadi istri keduanya.
Bersambung.. ... .. ..
Jakarta, 2019
Penulis
Komentar
Posting Komentar